WATER TRACING (Tracing system of underground rivers Bribin and Seropan)

STASIUN NOL (Erlangga E.L) – Salah satu fenomena yang menjadi penanda keberadaan suatu kawasan karst adalah terbatasnya sistem drainase permukaan. Sistem hidrologi pada bentanglahan karst justru didominasi oleh aliran-aliran bawah permukaan. Bagaimana dan kemana air di daerah karst adalah sesuatu yang selalu diliputi oleh kerahasiaan. Di permukaan, sebatang sungai akan segera lenyap ke dalam bumi begitu ia tiba di perbatasan suatu bentanglahan karst, untuk kemudian muncul lagi pada suatu resurgen (munculan) di ujung lain bentanglahan tersebut. Sementara di dalam Bumi, sungai-sungai bawahtanah sering kali menyelinap ke dalam lorong yang kondisinya tidak lagi memungkinkan bagi penelusur gua untuk dapat melaluinya.

Water Tracing dilakukan untuk mengungkap hubungan gelap yang terjalin di antara suatu aliran dengan aliran lain yang melalui suatu bagian yang tidak dapat atau sangat sulit dijangkau oleh manusia. Esensi pekerjaan water tracing atau pelacakan aliran air adalah menemukan kesamaan materi atau kuantitas yang terkandung oleh air pada bagian yang diperkirakan sebagai hulu dan pada bagian yang dicurigai sebagai hilir dari suatu sistem sungai bawah tanah yang sama.

Indikator yang dipergunakan dalam water tracing dapat berupa kualitas inheren yang sama secara alami telah dimiliki oleh air yang mengalir pada sungai tersebut, namun dapat juga berupa materi yang secara sengaja ditambahkan ke dalam aliran air yang hendak dilacak. Yang dimaksud dengan kualitas inheren adalah kualitas khas individu yang dimiliki oleh setiap badan air yang berbeda dengan yang dimiliki oleh badan air yang lain. Kualitas inheren suatu badan air meliputi kesadahan, komposisi isotop stabil, suhu, dan kemampuan hantar listrik. Pengukuran terhadap kualitas alami ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat ukur sesuai dengan jenis kualitas yang ingin diukur.

Selain memanfaatkan kualitas inheren, pelacakan air juga dapat dilakukan dengan menambahkan atau menghanyutkan materi asing kedalam aliran air. Materi asing tersebut dapat berupa benda yang mampu mengapung dan mudah dilihat, dapat pula berupa zat kimia, zat pewarna, bahan radioaktif, maup;un organisme baik berupa jasad renik, maupun yang telah berkembang menjadi organisme maju.

Water Tracing untuk Sistem Sungai Bawah Tanah Gua Bribin dan Seropan

Pada bulan maret 2012 tim IWRM (Integrated Water Resources Management) Karlshure Intitute Of Technology (KIT) dari  Institut Fur Mineralogie und Geochemie (Jurusan Mineralogi dan Geogkimia) bersama dengan ASC dan Fak. Geografi UGM melakukan water tracing untuk mengetahui hubungan sistem sungai-sungai bawah tanah dari beberapa Goa di Gunungkidul. Sistem Sungai Bawah Tanah Goa Seropan dan Bribin-lah yang menjadi lokasi menangkapan zat tracernya, dengan dilakukannnya pelacakan sistem sungai bawah tanah ini diharapkan bisa mengetahui dari mana hulu sungai bawah tanah tersebut.

Lokasi :

Goa Gilap, Semuluh, Kalisuci, Ngreneng, Luweng Kalen, Goa Jomblangan ditambah beberapa aliran sungai dari permukaan seperti di Kecamatan Tambakromo yaitu  Kali Pentung

Syarat-syarat ‘Agen Pelacak’ (Bull & Damian 1995, hal. 174) :

1. Mampu terdeteksi secara kuantitatif dalam konsentrasi rendah

2. Tidak dijumpai , atau hampiu tidak dijumpai pada air setempat

3. Tidak menghasilkan reaksi kimia bila dicampur dengan air

4. Tidak terserap oleh media berpori (misalnya kalsium karbonat)

5. Aman bagi kesehatan manusia dan binatang

6. Tidak menimbulkan sikap penolakan dari masyarakat

7. Harus dipastikan mampu terdeteksi

8. Tidak menyebabkan penggumpalan tanah atau lumpur

9. Murah dan dapat diperoleh dengan mudah

10. Tidak memerlukan monitoring secara terus menerus

11. Dapat dipergunakan secara simultan pada berbagai bagian dari sistem tangkapan