Menjejak Dasar Goa Terdalam (2)
Menjejak Dasar Goa Terdalam (Bagian 2)
Tim ASC yang terdiri dari delapan orang berangkat dari Yogyakarta menuju Ambon pada tanggal 29 Juli 2018. Dari Ambon tim menyeberang ke Pulau Seram dan melakukan koordinasi dengan tim Balai TN Manusela sekaligus persiapan akhir di Kota Masohi. Tim bergerak dari Kota Masohi menuju lokasi goa di Desa Saleman, Kecamatan Seram Barat Utara pada tanggal 2 Agustus 2018. Sebelum memasuki kawasan goa di Gunung Hatusaka, tim susur goa harus mengikuti upacara adat di Desa Saleman dengan dipimpin oleh Tetua Adat dari Marga Upuolat yang secara adat membawahi enam marga lain (di Desa Saleman terdapat tujuh marga: Makuituin, Rumaolat, Aloatu’an, Ialuhun, Aloahi’it, Upuolat dan Makatita).
Selepas menjalani upacara adat, tim susur goa dan tim TN Manusela didukung tenaga porter dari warga Desa Saleman dan Desa Masihulan (desa-desa di sekitar goa) berjalan kaki menyusur hutan hujan tropis menuju titik keberadaan Goa Hatusaka. Tiga jam berjalan kaki naik turun bukit, tim susur goa sampai di lokasi goa. Goa Hatusaka berada di ujung alur Sungai Niatulun. Berjarak dua kilometer dari titik lubang goa, air Sungai Niatulun menghilang ke dalam rekahan batugamping, menyisakan alur kering hingga ke mulut goa. Namun jika hujan turun, luapan air yang tidak tertampung celah tempat hilangnya aliran Sungai Niatulun akan mengalir menuju Goa Hatusaka. Cuaca di lokasi Goa Hatusaka berbeda dengan cuaca secara umum di Pulau Seram, tidak bisa diprediksi sehingga menjadi tantangan utama kegiatan penelusuran goa di Hatusaka.
Hari pertama (03 Agustus 2018), tim mulai melakukan pemasangan lintasan tali untuk menuruni lubang vertikal pertama sedalam -220 meter. Belajar dari kegagalan sebelumnya pada tahun 2011, tim ASC merintis jalur baru yang berbeda dengan tim sebelumnya. Secara teknis pembuatan lintasan lebih rumit dari lintasan sebelumnya karena jalur turun harus didesain sedemikian rupa untuk menghindari banjir yang bisa datang sewaktu-waktu. Menjelang petang di hari pertama, tim perintis jalur mencapai baru mencapai kedalaman -30 meter. Perintis jalur kembali ke permukaan untuk istirahat di basecamp lapangan yang berjarak 1.5 km dari titik lubang goa.
Hari kedua (04 Agustus 2018), tim perintis jalur kembali turun ke goa. Tim melanjutkan melakukan pemasangan jalur lintasan tali menuju teras “Lorong A” di kedalaman -170 meter. Pada hari ketiga (05 Agustus 2018) tim berhasil mencapai teras di bibir lorong vertikal terakhir “Ultimate Pitch” di kedalaman -240 meter. Hari keempat (6 Agustus 2018), tim memutuskan untuk melakukan “bottom attack” dan mewakilkan pada dua anggota tim saja dengan pertimbangan kondisi cuaca yang sudah mulai hujan beberapa hari terakhir. Dua perwakilan tim yang turun ke dasar goa adalah Ahmad Sya’roni dan A.B. Rodhial Falah. Orang pertama mencapai dasar Goa Hatusaka pada pukul 16.10 WIT, disusul orang kedua pada pukul 18.20 WIT.
Dasar Goa Hatusaka memiliki luas ruangan 90 meter x 62 meter dengan tinggi atap 180 meter. “Berdiri di dasar Goa Hatusaka seperti berdiri di dalam stadion sepakbola dalam keadaan gelap gulita”, kata Ahmad Sya’roni. “Cahaya senter saya memiliki intensitas 4000 lumens tidak bisa tembus dari sisi dinding satu ke dinding lain”, terang Rodhial Falah. Sebagai pembanding intensitas cahaya lampu mobil rata-rata adalah 3000 lumens. Kondisi dasar Goa Hatusaka relatif datar, dengan endapan kerikil dan pasir hampir sepertiga luas ruangannya, selebihnya berupa endapan lempung yang mengindikasikan air yang masuk ke dalam goa sempat menggenang sebelum meresap ke dalam tanah.
Uniknya, meskipun di atas goa merupakan hutan lebat namun tidak dijumpai batang-batang pohon besar di dasar goa, hanya serpih-serpih kayu berukuran kecil.
Setelah menyelesaikan pengukuran, pengambilan sampel dan pendokumentasian Sya’roni dan Rodhial kemudian melakukan pemanjatan ke atas kembali bergabung dengan tim di teras “Ultimate Pitch”. Tim memutuskan menginap satu malam di teras sebelum naik ke permukaan keesokan harinya. Hasil perhitungan pengukuran kedalaman tim ASC, Hatusaka memiliki total kedalaman -377 meter, hasil ini menempatkan Goa Hatusaka menjadi goa terdalam di Indonesia, disusul Goa Lomes Longmot (-360 m) dan Goa Sibil Buk (-349 m), keduanya di Papua Barat.
Kegiatan penelusuran Goa Hatusaka berakhir pada tanggal 09 Agustus 2018. Untuk mencapai dasar Goa Hatusaka, tim ekpedisi total membawa peralatan penelusuran goa dan perbekalan seberat 500 kg, terdiri dari 700 meter tali kernmantel, berbagai macam peralatan penelusuran goa, alat-alat cave rescue, alat pemetaan serta logistik untuk mendukung kegiatan.
Menelusuri Goa Hatusaka membutuhkan tim yang solid. Secara individu anggota tim harus memiliki kemampuan penelusuran goa yang memadai, jam terbang penelusuran goa yang tinggi, kemampuan penyelamatan di medan vertikal. Salah satu hal yang paling penting dalam mendukung keberhasilan menelusuri Goa Hatusaka adalah perhitungan cuaca yang cermat, karena sehebat apapun perencaan manusia, alam akan selalu menang. Persis seperti makna Hatusaka, Hatu berarti batu (alam), Saka berarti pemenang.