SERAM SPELELOLOGY EXPEDITION 2011 (General Report)

Pulau Seram terletak d sebelah utara Pulau Ambon, Provinsi Maluku, Indonesia. Pulau Seram memiliki alam pegunungan dan hutan tropis yang eksotis dan unik. Salah satu kekayaan Pulau Seram adalah kawasan batugamping (limestone) yang telah mengalami proses-proses alamiah dalam batasan ruang dan waktu geologi. Produk dari dinamika bumi yang berlangsung dari masalalu hingga saat ini, telah menghasilkan suatu fenomena alam yang unik. Kita mengenalnya dengan istilah bentang alam KARST. Keberadaan kawasan karst di Pula Seram  memiliki nilai strategis dalam upaya pengembangan wilayah Pulau Seram. Potensi-potensi yang terdapat di kawasan karst tersebut salah satunya adalah Gua.

Gua-gua di kawasan karst Pulau Seram memiliki arti penting dalam pengendalian keseimbangan ekosistem, sumberdaya air, wisata alam (eko wisata), dan laboratorium alam. Gua memiliki nilai penting terhadap kegiatan ilmiah seperti Geologi, Biologi, Arkeologi, Hidrogeologi, Kehutanan dan ilmu terapan lainnya. Semua aspek strategis tersebut apabila dikelola dengan baik dan tepat guna akan sangat bermanfaat untuk kepentingan rencana pengembangan wilayah secara berkelanjutan (Sustainable Development) di wilayah Pulau Seram secara khusus dan Indonesia pada umumnya.

WAKTU : 31 Juni – 7 Agustus 2011

TEMPAT : Pulau Seram, Kawasan Taman Nasiobal Manusela dan sekitarnya, secara geografis yaitu 129 16′ –  129 46′ BT dan 02 48′ – 03 18′ LS

AKSES dari Yogyakarta (ASC) : 1. Yogyakarta-Surabaya (Bus), 2. Surabaya-Ambon (Pesawat), 3. Ambon-Seram (Speedboat)

IKLIM DAN CUACA : Bagian tengah Pulau Seram beriklim tropis lembab dan selalu basah. Temperatur udara 25-33 Derajat Celcius dengan curah hujan rata-rata 1500-2000 mm/tahun.

Terkait kondisi di lapangan : pada saat tim berada ditengah hutan kondisi cuaca tidak menentu, sebagai contoh kita mengira salah satu sungai saat menuju Gua Hatusaka adalah sungai kering tetapi ternyata turun hujan sedikit akan menjadi sungai dengan arus yang cukup deras.

GEOMORFOLOGI UMUM : Pulau ini membentang dari Timur-Barat +- 340 km dan Utara- Selatan +- 70 km. Mempunyai pegunungan dengan hutan yang rapat, titik tertinggi di Pulau Seram adalah 3,027 mdpl. Kemiringan lereng berkisar antara 30-60% dari Gunung Markele sampai Gunung Binaya yang merupakan titik tertinggi tersebut.  Sebagian besar kawasan ini memiliki kelerengan yang terjal dan lembah-lembah yang dalam. Bagian yang landai terletak dibagian utara Wahai dan Sasarata serta bagian selatan di daerah Hatumete dan Woke. Terdapat 4 kategori ketinggian yang ada di TN Manusela, yaitu :

A. Dataran Rendah dibawah ketinggian 500 mdpl

B. Dataran tinggi antara 500 – 1500 mdpl

C. Daerah pegunungan 1500-2500 mdpl

D. Zona Sub Alpin dengan ketinggian antara 2500 – 3027 mdpl

GEOLOGI REGIONAL : menurut laporan penelitian PUSLITBANG Geoteknologi LIPI 1998-1999 Pulau Seram dicirikan oleh pola struktur dan stratigrafi yang rumit. Pulai ini seperti halnya Pulau Timor berada pada bagian Busur Luar Banda yang merupakan Busur non-Vulkanik. berdasarkan penelitian regional oleh beberapa peneliti, disebutkan bahwa Geologi Pulau Seram merupakan “mirror image” dari Pulau Timor. Kelompok batuan sedimen tertua di Pulau Seram seperti dikemukakan oleh Tjokrosapoetro dkk, 1993, adalah Formasi Kanikeh dan Formasi Manusela.

Formasi Manusela diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kanikeh. Formasi Kanikeh dicirikan oleh batuan sediman tipe flis, terfiri dari greywake, arkosa, batulanau, serpih, rijang, dan konglomerat. Formasi Manusela dibangun oleh batugamping berlapis hingga masif, napal, rijang, dan batugamping oolitan. Diatas formasi ini secara tidak selaras diendapkan Formasi Sawai yang berumur kapur. Formasi Sawai berisi kalsilulit, serpih merah dan rijang mengundang radiolaria.

SPELEOLOGI : Kami survey 47 Gua di Pulau Seram, Persisnya di Desa Sawai dan Saleman. Goa yang rata-rata terbentuk karena kontrol struktur yang kuat, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk lorong gua yang sempit dan beratap tinggi melebihi ukuran lebar lorong.

Salah satu dari gua yang kami eksplorasi adalah Gua Hatusaka, Memerlukan waktu beberapa hari untuk menembus hutan untuk mencapai gua ini. Gua Hatusaka pertama kali dieksplorasi oleh ekspedisi gabungan internasional. Dari peta yang dibuat oleh tim tersebut memperlihatkan kedalamam -388 meter yang terdiri dari 2 pitch. Hatusaka masih berpotensi untuk dieksplorasi, namun hal yang perlu diperhatikan adalah faktor bahaya banjir yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

DOKUMENTASI :

112 10 9 8r 8 72 62 42 53 32 21 12

ascyogyakarta

ASC Jogja

You may also like...

10 Responses

  1. arian says:

    “Dari peta yang dibuat oleh tim tersebut memperlihatkan kedalamam -388 meter yang terdiri dari 2 pitch.”
    petanya bisa dilihat dimana, mas?

    -salam

  2. jong pesireron says:

    apa sdh berhasil ditelusuri goax?

  3. Chiko says:

    Mas… apakah goanya bisa tembus ke lgoa yang lain? dan ada berapa pintu goanya mas?

  4. henry says:

    mas yang di explore cuma gua hatusaka saja kah??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *